Slider

Recent Tube

Berita

Ilmiah

Opini

Fiksi

TQN

Buku

» » Datuk Buntar Jawai-Sambas (1820-1892)


Penulis: Halim Setiawan, S.Th.I.
Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an & Tafsir IAIS Sambas

Masyarakat Jawai umumnya dan masyarakat Dungun Laut khususnya tidak asing lagi bila mendengar nama Datuk Buntar. Masyarakat Jawai sangat mengenal sosok Datuk Buntar, karena ia merupakan tokoh yang sangat berjasa di Desa Dungun Laut Kecamatan Jawai. Makamnya yang dipercayai masyarakat memiliki kekuatan mistik, yang biasa disebut masyarakat dengan Keramat Datuk Buntar.
Kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Dungun Laut dan masyakat di desa lainnya adalah ketika menginginkan suatu hajat maka mereka akan mendatangi makam Datuk Buntar tersebut. Mereka beranggapan bahwa makam Datuk Buntar tersebut bisa menjadi perantara seseorang yang memiliki hajat, yang hajat mereka tersebut akan disampaikan kepada Allah SWT. Mereka yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa hajat mereka akan terkabulkan oleh Allah SWT dengan perantara Keramat Datuk Buntar.

Riwayat Singkat Datuk Buntar
Nama lengkapnya adalah Datuk Buntar bin Abdullah, lahir pada tahun 1820 di Tabarau Kecamatan Sambas. Ia berasal dari suku dayak, tapi beragama Islam. Kelahiran Datuk Buntar pada masa itu masih dalam pemerintahan Purta Mahkota Anom yang bergelar Sultan Mohammad Ali Tsafioeddin I (sultan ke-8, 1815-1828).[1] Datuk Buntar meninggal tahun 1892 pada usia 72 tahun dan dimakamkan di tepi pantai Jawai Laut, yang sekarang desanya bernama Jawai Laut Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas.
Makam dan kerangka datuk buntar telah dipindahkan dalam suatu acara resmi pada tanggal 5 Desember 2005 dari tempat asalnya di desa Jawai Laut ke desa Dungun Laut.[2] Pembongkaran makam tersebut dihadiri oleh seluruh keturunan dari Datuk Buntar yang masih hidup dan disaksikan oleh seluruh masyarakat desa Jawai Laut dan masyarakat desa Dungun Laut, termasuk penulis juga hadir. Pembongkaran makam Datuk Buntar tersebut menjadi tarikan tersendiri bagi masyarakat yang penasaran ingin melihat secara langsung bagaimana bentuk kerangka dari seseorang yang dianggap keramat oleh banyak masyarakat. Pemindahan kerangka Datuk Buntar tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa makam tersebut hampir tekikis gelombang/ombak dan tidak memungkinkan lagi untuk dipertahankan keberadaan di tempat tersebut, karena abrasi pantai.
Semasa hidupnya Datuk Buntar mempunyai dua orang istri. Istri pertama benama Kacik yang berasal dari kampung Dagang Kecamatan Sambas. Dari hasil perkawinanya dengan Kacik, Datuk Buntar mendapatkan dua orang anak masing-masing bernama H. Wahat dan Bulat. Istri keduanya bernama Pirak, dan tidak mendapatkan keturunan.

Kegiatan dan Usaha Datuk Buntar
Kedatangan Datuk Buntar ke Jawai bermaksud membuka hutan belantara yang tidak ada penghuninya pada waktu itu untuk dijadikan lahan pertanian dan perkebunan, yang dikerjakan bersama-sama dengan anak-anaknya. Kedatangan Datuk Buntar ke Jawai diperkirakan pada tahun 1860 atau usia beliau 40 tahun.
Datuk Buntar pada mulanya membuka perwatasan serta membuat rumah di Jawai Laut, yang tanahnya telah menjadi milik orang Cina bernama Kian Ohn. Kemudian Datuk Buntar bersama anak-anaknya melanjutkan pembukaan pewatasan tanah menuju arah utara serta mengajak masyarakat lainnya membuka hutan belantara untuk lahan pertanian.[3] Alasan Datuk Buntar memilih Dungun Laut menjadi tempat pemukiman karena letak tempat tersebut strategis, tanahnya subur dan daerahnya dekat dengan pantai. Asal nama desa Dungun Laut adalah diambil dari banyaknya pohon kayu Dungun yang tumbuh di kawasan hutan sekitar pantai maupun dipedalaman., dan nama Dungun Laut digandengkan karena desa Dungun sangat dekat dengan laut, sehingga nama kampung Dungun menjadi desa Dungun Laut.

Kiprah Datuk Buntar di Desa Dungun Laut
Datuk Buntar membuka sebuah pemukiman baru sekaligus membuka peluang bagi masyarakat untuk memiliki penghidupan yang layak di tempat yang baru. Semasa hidupnya Datuk Buntar sangat disegani oleh masyarakat setempat. Masyarakat mengenal sosok Datuk Buntar sebagai seorang yang sangat rajin, tekun, pandai, jujur, ‘alim dan sangat taat beragama. Oleh karena sifat Datuk Buntar yang sangat terpuji, sehingga masyarakat mengangkatnya menjadi ketua adat. Pada saat itu belum terdapat sistem pemerintahan yang teratur, dikarenakan penduduknya masih minim bertempat tinggal di desa tersebut. Pengangkatan Datuk Buntar sebagai ketua adat berdasarkan hasil kesepakatan bersama, karena masyarakat setempat merasakan kurang lengkap tanpa menghadirkan seorang pemimpin di tengah-tengah mereka.

Kesan yang Ditinggalkan oleh Datuk Buntar
Datuk Buntar meninggal pada tahun 1892 dalam usia 72 tahun seperti yang telah dijelaskan diatas. Dengan kepulangan Datuk Buntar kerahmatullah membuat penduduk desa Dungun Laut merasakan sangat kehilangan sosok pemimpin yang bijaksana dan sangat taat beragama. Banyak dari masyarakat yang belajar dengan beliau masalah ilmu agama dan ilmu kepemimpinan. Datuk Buntar juga banyak memberikan sumbangan semangat kepada anak-anak desa Dungun Laut untuk selalu menimba ilmu, karena dengan ilmulah desa ini akan lebih maju dan lebih dikenal oleh masyarakat luar.
Sebuah amanah yang dititipkan oleh Datuk Buntar untuk mengembangkan desa Dungun Laut menjadi sebuah desa yang ramai penduduknya dan menjadi desa yang terkenal dari desa-desa lainnya. Sungguh besar jasa yang telah disumbangkan oleh Datuk Buntar kepada masyarakat Dungun Laut dengan memberikan sebuah tempat penghidupan baru bagi penduduk sekitarnya. Beliau membangun desa tersebut dengan tulus ikhlas tanpa adanya paksaan dari pihak manapun, dengan keringat keikhlasan maka terbentuklah sebuah lahan pemukiman yang baru yang siapa saja boleh untuk bertempat tinggal dilahan tersebut tanpa ada dipungut bayaran sepeserpun.

Pandangan Masyarakat terhadap Makam Datuk Buntar
Makam Datuk Buntar yang terletak di desa Dungun Laut menjadi tarikan tersendiri bagi masyarakat setempat pada khususnya, dan masyarakat lain pada umumnya. Makam Datuk Buntar sangat terkenal oleh seluruh masyarakat sampai ke pelosok-pelosok desa sekalipun dengan sebutan Keramat Datuk Buntar. Karena keramatnya itulah yang membuat makam tersebut menjadi terkenal dan menyebabkan banyak orang yang datang untuk memohon suatu hajat kepada arwah Datuk Buntar.
Acara yang dilakukan di makam tersebut bila seseorang ingin berhajat adalah dengan membaca doa selamat dan doa-doa lainya sesuai dengan hajat masing-masing yang ditujukan kepada arwah Datuk Buntar untuk disampaikan kepada Sang Pencipta. Tidak sedikit masyarakat yang percaya bahwa doa mereka akan terkabulkan oleh Allah melalui perantara arwah Datuk Buntar tersebut. Setelah acara doa-doa selesai maka acara berikutnya adalah acara makan-makan, setiap orang yang datang ke makam tersebut masing-masing membawa makanan berupa makanan khas sambas seperti ketupat, ukal pisang, ukal inti, dan kue-kue lainya.

----------------

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post