Penulis: Sabari,
S.Th.I.
Mahasiswa Ilmu
Al-Qur’an & Tafsir IAIS Sambas
Budaya
saprahan ditinjau dari perspektif komunikasi bahwasanya saprahan ini memberikan
sebuah peluang yang besar bagi setiap individu untuk berinteraksi dengan orang
lain karena pada dasarnya dalam saprahan, orang yang akan menyantap makanan
saprahan itu terdiri dari 6 orang dan duduk membentuk lingkaran yang kesemuanya
menghadapi makanan, sehingga dari fenomena ini tergambar bahwa interaksi dengan
sesama selalu dikedepankan dalam acara budaya saprahan tersebut. Hal ini sejalan
dengan pandangan Alo Liliweri (2002: 78), bahwasanya perspektif ini menekankan
bahwa sifat dari interaksi self/group (interaksi yang dilakukan seorang
pribadi dan interaksi kelompok) merupakan sesuatu yang komunikatif. Jadi,
identitas dari sebuah budaya dalam tradisi saprahan ini mengutamakan pada
interaksi sosial yang memiliki tujuan agar dapat bersilaturrahmi dengan sesama
dengan komunikasi yang dibangun antar individu masyarakat. Identitas dibangun
melalui interaksi sosial dan komunikasi.
Melalui
budaya saprahan dalam tradisi Melayu Sambas, memberikan sebuah stimulus bagi
pribadi masing-masing dalam meningkatkan kebersamaan antar anggota masyarakat
dan meningkatkan sebuah hubungan yang baik terhadap anggota masyarakat yang
lain dengan tindakan berkomunikasi tersebut. Ada satu faktor lain yang perlu
diperhatikan dalam perspektif psikologi sosial jika dikaitkan dengan
komunikasi, yaitu core symbols (Liliweri, 2002: 79). Core symbols adalah
simbol-simbol inti yang berkaitan dengan variasi identitas kelompok yang terus
berkambang dan berubah melalui komunikasi.
Sebagaimana
yang telah dibahas di atas, dalam tradisi budaya saprahan terdapat berbagai
macam simbol-simbol baik yang terkait dengan hidangan lauk pauknya sampai
kepada jumlah orang dalam satu saprahan. Bentuk komunikasi simbol yang
didapatkan dari jumlah hidangan lauk pauknya yang berjumlah 5 (lima) itu
melambangkan tentang jumlah rukun Islam. Sedangkan jumlah orang dalam satu
saprah harus berjumah 6 (enam) orang yang melambangkan jumlah rukun iman dalam
agama Islam. Tanda-tanda dalam saprahan tersebut akam memunculkan sebuah pesan
dalam berkomunikasi. Terkait dengan tanda tersebut juga sejalan dengan pendapat
Morisson (2013: 27), bahwa pesan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
komunikasi. Sehingga dalam hal ini saprahan merupakan sebuah media yang dapat
menghubungkan komunikasi seseorang dengan orang lain dan melalui simbol-simbol
dalam saprahan tersebut juga akan memberikan sebuah informasi bahwa setiap
kehidupan tidak terlepas dari pengabdian kepada Allah SWT serta selalu meyakini
bahwasanya setiap sisi kehidupan adalah berasal dari sang khalik yaitu Allah SWT.
No comments:
Post a Comment