Penulis: Halim Setiawan, S.Th.I.
Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an & Tafsir IAIS Sambas
Masyarakat Jawai umumnya dan masyarakat Dungun Laut khususnya tidak asing
lagi bila mendengar nama Datuk Buntar. Masyarakat Jawai sangat mengenal sosok Datuk
Buntar, karena ia merupakan tokoh yang sangat berjasa di Desa Dungun Laut Kecamatan
Jawai. Makamnya yang dipercayai masyarakat memiliki kekuatan mistik, yang biasa
disebut masyarakat dengan Keramat Datuk Buntar.
Kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Dungun Laut dan masyakat di desa
lainnya adalah ketika menginginkan suatu hajat maka mereka akan mendatangi
makam Datuk Buntar tersebut. Mereka beranggapan bahwa makam Datuk Buntar
tersebut bisa menjadi perantara seseorang yang memiliki hajat, yang hajat
mereka tersebut akan disampaikan kepada Allah SWT. Mereka yakin dengan
seyakin-yakinnya bahwa hajat mereka akan terkabulkan oleh Allah SWT dengan
perantara Keramat Datuk Buntar.
Riwayat Singkat Datuk
Buntar
Nama lengkapnya adalah Datuk Buntar bin Abdullah, lahir pada tahun 1820 di
Tabarau Kecamatan Sambas. Ia berasal dari suku dayak, tapi beragama Islam. Kelahiran
Datuk Buntar pada masa itu masih dalam pemerintahan Purta Mahkota Anom yang bergelar
Sultan Mohammad Ali Tsafioeddin I (sultan ke-8, 1815-1828).[1] Datuk
Buntar meninggal tahun 1892 pada usia 72 tahun dan dimakamkan di tepi pantai
Jawai Laut, yang sekarang desanya bernama Jawai Laut Kecamatan Jawai Selatan
Kabupaten Sambas.
Makam dan kerangka datuk buntar telah dipindahkan dalam suatu acara resmi
pada tanggal 5 Desember 2005 dari tempat asalnya di desa Jawai Laut ke desa Dungun
Laut.[2] Pembongkaran
makam tersebut dihadiri oleh seluruh keturunan dari Datuk Buntar yang masih
hidup dan disaksikan oleh seluruh masyarakat desa Jawai Laut dan masyarakat
desa Dungun Laut, termasuk penulis juga hadir. Pembongkaran makam Datuk Buntar
tersebut menjadi tarikan tersendiri bagi masyarakat yang penasaran ingin
melihat secara langsung bagaimana bentuk kerangka dari seseorang yang dianggap
keramat oleh banyak masyarakat. Pemindahan kerangka Datuk Buntar tersebut
dilakukan dengan pertimbangan bahwa makam tersebut hampir tekikis gelombang/ombak
dan tidak memungkinkan lagi untuk dipertahankan keberadaan di tempat tersebut,
karena abrasi pantai.
Semasa hidupnya Datuk
Buntar mempunyai dua orang istri. Istri pertama benama Kacik yang berasal dari
kampung Dagang Kecamatan Sambas. Dari hasil perkawinanya dengan Kacik, Datuk
Buntar mendapatkan dua orang anak masing-masing bernama H. Wahat dan Bulat.
Istri keduanya bernama Pirak, dan tidak mendapatkan keturunan.
Kegiatan dan Usaha Datuk Buntar
Kedatangan Datuk Buntar ke Jawai bermaksud membuka hutan belantara yang
tidak ada penghuninya pada waktu itu untuk dijadikan lahan pertanian dan
perkebunan, yang dikerjakan bersama-sama dengan anak-anaknya. Kedatangan Datuk
Buntar ke Jawai diperkirakan pada tahun 1860 atau usia beliau 40 tahun.
Datuk Buntar pada mulanya membuka perwatasan serta membuat rumah di Jawai
Laut, yang tanahnya telah menjadi milik orang Cina bernama Kian Ohn. Kemudian Datuk
Buntar bersama anak-anaknya melanjutkan pembukaan pewatasan tanah menuju arah
utara serta mengajak masyarakat lainnya membuka hutan belantara untuk lahan
pertanian.[3] Alasan
Datuk Buntar memilih Dungun Laut menjadi tempat pemukiman karena letak tempat
tersebut strategis, tanahnya subur dan daerahnya dekat dengan pantai. Asal nama
desa Dungun Laut adalah diambil dari banyaknya pohon kayu Dungun yang tumbuh di
kawasan hutan sekitar pantai maupun dipedalaman., dan nama Dungun Laut
digandengkan karena desa Dungun sangat dekat dengan laut, sehingga nama kampung
Dungun menjadi desa Dungun Laut.
Kiprah Datuk Buntar di Desa Dungun Laut
Datuk Buntar membuka
sebuah pemukiman baru sekaligus membuka peluang bagi masyarakat untuk memiliki
penghidupan yang layak di tempat yang baru. Semasa hidupnya Datuk Buntar sangat
disegani oleh masyarakat setempat. Masyarakat mengenal sosok Datuk Buntar
sebagai seorang yang sangat rajin, tekun, pandai, jujur, ‘alim dan sangat taat
beragama. Oleh karena sifat Datuk Buntar yang sangat terpuji, sehingga
masyarakat mengangkatnya menjadi ketua adat. Pada saat itu belum terdapat
sistem pemerintahan yang teratur, dikarenakan penduduknya masih minim bertempat
tinggal di desa tersebut. Pengangkatan Datuk Buntar sebagai ketua adat berdasarkan
hasil kesepakatan bersama, karena masyarakat setempat merasakan kurang lengkap
tanpa menghadirkan seorang pemimpin di tengah-tengah mereka.
Kesan yang Ditinggalkan oleh Datuk Buntar
Datuk Buntar meninggal
pada tahun 1892 dalam usia 72 tahun seperti yang telah dijelaskan diatas.
Dengan kepulangan Datuk Buntar kerahmatullah
membuat penduduk desa Dungun Laut merasakan sangat kehilangan sosok pemimpin
yang bijaksana dan sangat taat beragama. Banyak dari masyarakat yang belajar dengan
beliau masalah ilmu agama dan ilmu kepemimpinan. Datuk Buntar juga banyak
memberikan sumbangan semangat kepada anak-anak desa Dungun Laut untuk selalu
menimba ilmu, karena dengan ilmulah desa ini akan lebih maju dan lebih dikenal
oleh masyarakat luar.
Sebuah amanah yang
dititipkan oleh Datuk Buntar untuk mengembangkan desa Dungun Laut menjadi
sebuah desa yang ramai penduduknya dan menjadi desa yang terkenal dari
desa-desa lainnya. Sungguh besar jasa yang telah disumbangkan oleh Datuk Buntar
kepada masyarakat Dungun Laut dengan memberikan sebuah tempat penghidupan baru
bagi penduduk sekitarnya. Beliau membangun desa tersebut dengan tulus ikhlas
tanpa adanya paksaan dari pihak manapun, dengan keringat keikhlasan maka
terbentuklah sebuah lahan pemukiman yang baru yang siapa saja boleh untuk
bertempat tinggal dilahan tersebut tanpa ada dipungut bayaran sepeserpun.
Pandangan Masyarakat terhadap Makam Datuk
Buntar
Makam Datuk Buntar
yang terletak di desa Dungun Laut menjadi tarikan tersendiri bagi masyarakat
setempat pada khususnya, dan masyarakat lain pada umumnya. Makam Datuk Buntar
sangat terkenal oleh seluruh masyarakat sampai ke pelosok-pelosok desa
sekalipun dengan sebutan Keramat Datuk Buntar. Karena keramatnya itulah yang
membuat makam tersebut menjadi terkenal dan menyebabkan banyak orang yang
datang untuk memohon suatu hajat kepada arwah Datuk Buntar.
Acara yang dilakukan
di makam tersebut bila seseorang ingin berhajat adalah dengan membaca doa
selamat dan doa-doa lainya sesuai dengan hajat masing-masing yang ditujukan
kepada arwah Datuk Buntar untuk disampaikan kepada Sang Pencipta. Tidak sedikit
masyarakat yang percaya bahwa doa mereka akan terkabulkan oleh Allah melalui
perantara arwah Datuk Buntar tersebut. Setelah acara doa-doa selesai maka acara
berikutnya adalah acara makan-makan, setiap orang yang datang ke makam tersebut
masing-masing membawa makanan berupa makanan khas sambas seperti ketupat, ukal
pisang, ukal inti, dan kue-kue lainya.
----------------
1 comment:
Sangat informatif
Post a Comment