Slider

Recent Tube

Berita

Ilmiah

Opini

Fiksi

TQN

Buku

» » » Fanatisme Buta???



Belajar menjadi salah satu kebutuhan yang vital bagi setiap manusia mulai dari lahir hingga akhir hayat, baik belajar secara formal maupun belajar secara informal, di dalam lembaga pendidikan maupun di luar lembaga pendidikan. Belajar bukanlah hanya suatu kebutuhan, melainkan keharusan bagi manusia dan untuk manusia itu sendiri agar bisa berkembang, merubah peradaban, dan yang menjadi tujuan utama adalah sukses. Manusia dapat memanfaatkan indranya untuk belajar dan menjadikannya kesempatan untuk terus berkembang. Banyak media pembelajaran yang bisa dimanfaatkan, salah satunya adalah dalam suatu organisasi.
Organisasi menawarkan banyak ilmu pengetahuan berupa pengalaman yang nantinya menjadi penting sebagai bekal kehidupan bermasyarakat. Hal inilah yang menjadi alasan banyak mahasiswa untuk mengikuti organisasi di samping juga mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Konsekuensinya banyak waktu dan pikiran yang tersita bagi mahasiswa organisatoris ketika dibandingkan dengan mahasiswa yang cukup belajar di dalam kelas saja. Untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik, dibutuhkan pengorbanan dan daya juang yang maksimal.
Bukan hanya bermodalkan tingkat intelegensi, emosional, dan spiritual yang tinggi, akan tetapi tingkat daya juang dan ketangguhan menerima berbagai macam permasalahan yang kemudian dijadikan semangat untuk bangkit kembali itulah yang menjadi bagian terpenting.
Adanya berbagai macam pergaulan di tempat belajar tentunya memiliki dampak yang bermacam-macam pula terhadap perubahan sikap yang dialami mahasiswa, apalagi dengan adanya doktrin-doktrin khas tiap organisasi yang pasti sangat berpengaruh terhadap kepribadian mahasiswa. Adanya doktrin-doktrin tertentu yang diberikan secara tidak langsung akan mempengaruhi kognitif seseorang yang berimbas pada proses pengambilan keputusan dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan salah satu teori psikologi sosial yaitu Cognitive Response Theory yang mengatakan bahwa perubahan sikap setelah menerima respon dari luar secara persuasif akan tergantung dengan respon kognitif seseorang. Jadi beda pemikiran maka beda juga keputusan yang dia ambil.
Jadi adanya kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi tertentu sangat berpengaruh kepada perubahan sikap yang ada pada diri seseorang. Beruntung ketika seseorang mengikuti organisasi yang positif dan membawanya kepada kebaikan, sebaliknya ketika salah masuk pergaulan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsipnya, maka akan sangat mungkin sekali lambat laun orang tersebut akan terbawa kepada hal-hal yang akan merusak prinsip-prinsip yang semula telah tertanam.
Apa itu fanatisme? Mungkin pertanyaan-pertanyaan ini sering kita dengar dan sering pula kita renungkan, namun bukan sesuatu yang sering kita mencari solusi untuk masalah lintas organisasi ini, yang telah menjadi fenomena nyata dan biasa.
Fanatisme bisa diartikan sebagai paham atau perilaku yang menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan, biasanya orang-orang yang fanatik terhadap sesuatu memiliki cara berfikir yang sempit karena mereka berfikir tanpa didasari alasan-alasan yang kuat dan logis.
Fanatisme ada beberapa jenis yaitu 1) fanatisme etnis, 2) fanatisme nasional, 3) fanatisme ideologi 4) fanatisme agama, 5) fanatisme klas sosial 6) fanatisme organisasi, sebenarnya untuk fanatisme agama bukan dari agama itu sendiri tapi kepanjangan dari fanatik etnik atau klas sosial. Karena agama sebenarnya tidak mengajarkan untuk takhlik buta, tapi individunya sendiri yang salah mempersepsikan ajaran agama yang menyebabkan munculnya fanatisme agama. Yang akhirnya muncul aliran radikalisme yang menyalahkan selainnya tanpa ada pendasaran jelas, hanya doktrin-doktrin yang diterima.
Sikap keterbukaan dan tidak memandang sebelah mata organisasi yang lainnya itu yang penting. Seseorang bisa belajar pada organisasi yang lain, bisa mengambil contoh, namun jangan terlalu menjadi orang yang plagiat, meniru, menyontek organisasi lain, tapi kebanyakan ormawa terlihat sama, tapi di doktinitas dan Nilai Dasar Organisasi nya lah yang membedakannya.
Biasanya kefanatikan muncul karena adanya kesamaan nasib, cara pandang, dan ideologi. Seorang individu merasa tidak ada kenyamanan sehingga ia membentuk suatu kelompok yang memiliki cara pandang yang sama.
Sederhananya sebagai contoh saat orang fanatik menggunakan produk gadget/smartphone sebut saja namanya samsuri. Apa yang dilakukan saat itu benar-benar fanatik dengan produk dari gadget samsuri tersebut? Pasti orang tersebut akan memandang jika produk selain samsuri pasti lebih jelek, gak bermutu, hanya produk itulah yang terbaik, tak ada yang lain. Itu hanya contoh sederhana tentang hal fanatik.
Tapi sayangnya, banyak orang yang tidak menyadari jika kefanatikan terhadap suatu hal. Apa lagi kalau sudah merambah ideologi. Padahal ideologi merupakan dasar setiap langkah. Kefanatikan terhadap suatu hal membuat seseorang berfikiran sempit, kolot, kaku dan cenderung tertinggal. Karena cenderung menyalahkan apa diluar pemahamanlnya sehingga cenderung radikalis menghadapi perbedaan.
Jadi, kefanatikan juga ada batasnya, orang boleh membanggakan apa yang ia pahami. Tapi jangan menjatuhkan pemahaman selain diluarnya. Apalagi pada saat ini banyak sekali pengaruh-pengaruh luar biasa banyak ragamnya. Kalau tidak mencoba untuk berfikiran terbuka, mencoba menelaah setiap kelemahan dan kelebihan pengaruh-pengaruh diluar, mengambil cara pragmatis dengan mengikuti tradisi yang telah ada.
Tidak menutup kemungkinan “penyakit” fanatisme lambat laun akan masuk dalam pikiran orang lain. Apalagi sekarang kehidupan dengan berbagai macam orang yang memiliki latar belakang beragam. Bisa dibayangkan bagaimana tertinggalnya jika tidak benar-benar bersikap arif dan berpikiran objektif serta terbuka. Padahal Allah SWT telah menegaskan: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Al-Hujurat: 13).
Bukankah Tuhan menciptakan perbedaan dari setiap cipataan-Nya supaya kita bisa memahami betapa besarnya kuasa Tuhan? Lalu kenapa harus menjatuhkan orang lain, atau saling menghancurkan mereka yang tak sepaham dengan kita? Renungkanlah!!!
---------------------

Artikel ini ditulis oleh Yuda Abdul Ghafur, mahasiswa semester II IAIS Sambas. Bagi mahasiswa lain yang ingin menulis dan menyebarkan ide briliant-nya, kami siap mewadahinya di blog ini, dengan catatan bahwa tulisan tersebut tidak bersifat hoax, ujaran kebencian, kritik tak berdasar, dan sejenisnya serta tulisan tersebut telah lulus telaah admin blog ini. Terima kasih.


«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments: