Belajar menjadi salah satu kebutuhan yang vital bagi setiap manusia mulai dari lahir hingga akhir hayat, baik belajar secara formal maupun belajar secara informal, di dalam lembaga pendidikan maupun di luar lembaga pendidikan. Belajar bukanlah hanya suatu kebutuhan, melainkan keharusan bagi manusia dan untuk manusia itu sendiri agar bisa berkembang, merubah peradaban, dan yang menjadi tujuan utama adalah sukses. Manusia dapat memanfaatkan indranya untuk belajar dan menjadikannya kesempatan untuk terus berkembang. Banyak media pembelajaran yang bisa dimanfaatkan, salah satunya adalah dalam suatu organisasi.
Organisasi menawarkan banyak ilmu pengetahuan berupa
pengalaman yang nantinya menjadi penting sebagai bekal kehidupan bermasyarakat.
Hal inilah yang menjadi alasan banyak mahasiswa untuk mengikuti organisasi di samping
juga mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Konsekuensinya banyak waktu dan pikiran yang tersita bagi
mahasiswa organisatoris ketika dibandingkan dengan mahasiswa yang cukup belajar
di dalam kelas saja. Untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik, dibutuhkan
pengorbanan dan daya juang yang maksimal.
Bukan hanya bermodalkan tingkat intelegensi, emosional, dan
spiritual yang tinggi, akan tetapi tingkat daya juang dan ketangguhan menerima
berbagai macam permasalahan yang kemudian dijadikan semangat untuk bangkit
kembali itulah yang menjadi bagian terpenting.
Adanya berbagai macam pergaulan di tempat belajar tentunya
memiliki dampak yang bermacam-macam pula terhadap perubahan sikap yang dialami
mahasiswa, apalagi dengan adanya doktrin-doktrin khas tiap organisasi yang
pasti sangat berpengaruh terhadap kepribadian mahasiswa. Adanya doktrin-doktrin
tertentu yang diberikan secara tidak langsung akan mempengaruhi kognitif
seseorang yang berimbas pada proses pengambilan keputusan dalam hidupnya. Hal
ini sesuai dengan salah satu teori psikologi sosial yaitu Cognitive
Response Theory yang mengatakan bahwa perubahan sikap setelah menerima respon
dari luar secara persuasif akan tergantung dengan respon kognitif seseorang.
Jadi beda pemikiran maka beda juga keputusan yang dia ambil.
Jadi adanya kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi
tertentu sangat berpengaruh kepada perubahan sikap yang ada pada diri
seseorang. Beruntung ketika seseorang mengikuti organisasi yang positif dan
membawanya kepada kebaikan, sebaliknya ketika salah masuk pergaulan yang tidak
sesuai dengan prinsip-prinsipnya, maka akan sangat mungkin sekali lambat laun
orang tersebut akan terbawa kepada hal-hal yang akan merusak prinsip-prinsip
yang semula telah tertanam.
Apa itu fanatisme? Mungkin pertanyaan-pertanyaan ini sering
kita dengar dan sering pula kita renungkan, namun bukan sesuatu yang sering kita
mencari solusi untuk masalah lintas organisasi ini, yang telah menjadi fenomena
nyata dan biasa.
Fanatisme bisa diartikan sebagai paham atau perilaku yang
menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan, biasanya
orang-orang yang fanatik terhadap sesuatu memiliki cara berfikir yang sempit
karena mereka berfikir tanpa didasari alasan-alasan yang kuat dan logis.
Fanatisme ada beberapa jenis yaitu 1) fanatisme
etnis, 2) fanatisme nasional, 3) fanatisme ideologi 4) fanatisme agama, 5)
fanatisme klas sosial 6) fanatisme organisasi, sebenarnya untuk fanatisme
agama bukan dari agama itu sendiri tapi kepanjangan dari fanatik etnik atau
klas sosial. Karena agama sebenarnya tidak mengajarkan untuk takhlik buta, tapi
individunya sendiri yang salah mempersepsikan ajaran agama yang menyebabkan
munculnya fanatisme agama. Yang akhirnya muncul aliran radikalisme yang
menyalahkan selainnya tanpa ada pendasaran jelas, hanya doktrin-doktrin yang
diterima.
Sikap keterbukaan dan tidak memandang sebelah mata organisasi
yang lainnya itu yang penting. Seseorang bisa belajar pada organisasi yang
lain, bisa mengambil contoh, namun jangan terlalu menjadi orang yang plagiat,
meniru, menyontek organisasi lain, tapi kebanyakan ormawa terlihat sama, tapi
di doktinitas dan Nilai Dasar Organisasi nya lah yang membedakannya.
Biasanya kefanatikan muncul karena adanya kesamaan nasib,
cara pandang, dan ideologi. Seorang individu merasa tidak ada kenyamanan
sehingga ia membentuk suatu kelompok yang memiliki cara pandang yang sama.
Sederhananya sebagai contoh saat orang fanatik menggunakan produk
gadget/smartphone sebut saja namanya samsuri. Apa yang dilakukan saat
itu benar-benar fanatik dengan produk dari gadget samsuri tersebut?
Pasti orang tersebut akan memandang jika produk selain samsuri pasti
lebih jelek, gak bermutu, hanya produk itulah yang terbaik, tak ada yang lain.
Itu hanya contoh sederhana tentang hal fanatik.
Tapi sayangnya, banyak orang yang tidak menyadari jika
kefanatikan terhadap suatu hal. Apa lagi kalau sudah merambah ideologi. Padahal
ideologi merupakan dasar setiap langkah. Kefanatikan terhadap suatu hal membuat
seseorang berfikiran sempit, kolot, kaku dan cenderung tertinggal. Karena
cenderung menyalahkan apa diluar pemahamanlnya sehingga cenderung radikalis
menghadapi perbedaan.
Jadi, kefanatikan juga ada batasnya, orang boleh membanggakan
apa yang ia pahami. Tapi jangan menjatuhkan pemahaman selain diluarnya. Apalagi
pada saat ini banyak sekali pengaruh-pengaruh luar biasa banyak ragamnya. Kalau
tidak mencoba untuk berfikiran terbuka, mencoba menelaah setiap kelemahan dan
kelebihan pengaruh-pengaruh diluar, mengambil cara pragmatis dengan mengikuti
tradisi yang telah ada.
Tidak menutup kemungkinan “penyakit” fanatisme
lambat laun akan masuk dalam pikiran orang lain. Apalagi sekarang kehidupan
dengan berbagai macam orang yang memiliki latar belakang beragam. Bisa
dibayangkan bagaimana tertinggalnya jika tidak benar-benar bersikap arif dan
berpikiran objektif serta terbuka. Padahal Allah SWT telah menegaskan: Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Al-Hujurat: 13).
Bukankah Tuhan menciptakan perbedaan dari setiap cipataan-Nya
supaya kita bisa memahami betapa besarnya kuasa Tuhan? Lalu kenapa harus
menjatuhkan orang lain, atau saling menghancurkan mereka yang tak sepaham
dengan kita? Renungkanlah!!!
---------------------
Artikel ini ditulis oleh Yuda Abdul Ghafur, mahasiswa
semester II IAIS Sambas. Bagi mahasiswa lain yang ingin menulis dan menyebarkan
ide briliant-nya, kami siap mewadahinya di blog ini, dengan catatan bahwa
tulisan tersebut tidak bersifat hoax, ujaran kebencian, kritik tak berdasar,
dan sejenisnya serta tulisan tersebut telah lulus telaah admin blog ini. Terima
kasih.
No comments:
Post a Comment