Penulis: Eki
Lianti
Novel Part 2-3: “Jantung
Cintaku”
Malamnya
Bhita merenung sendiri di teras rumah, sembari ia menatap indahnya bintang-bintang
di langit. Pastinya yang dipikirkan sesosok pria yang selalu membuat hatinya
bergetar dan selalu salah tingkah yang tak lain adalah Muhammad Riko
Sahputra alias Mr. Riko atau Mr. Riko, gurunya. “Kenapa aku bisa-bisanya suka
sama dia, padahal aku tau tak mungkin ia akan menyukaiku dan tak
akan mungkin ia bisa mencintai seorang siswi seperti ku yang kalah pintar
dengan murid kesayangannya, Noni Deandra, seorang cewek yang perfect. Pintar, berbakat,
jenius, anak orang kaya dan pastinya gak ada apa-apanya sama
gue. Ussht... kenapa gue bisa jadi ngomongin orang, Astagrfirullah”!
gumam Bhita. Tiba-tiba Papa datang dan duduk di samping Bhita. “Papa...?
Sejak kapan Papa ada di sini”? tanya Bhita. “Sejak anak Papa yang manja ini
melamun”. Jawab Papa. “Ih Papaaa.. resekk, emang Bhita sebegitu manjanya
ya Pa”? “Bagi Papa kamu anak Papa yang paling
manja, Bhita ingat pesan Papa ya Bhita harus rajin-rajin
belajar dan harus rajin beribadah. Bhita gak mau kan liat Papa sama Mama
nantinya susah di neraka karena Mama sama Papa ngak berhasil mendidik Bhita
jadi anak yang solehah”? “Papa! Kok Papa ngomongnya gitu? Bhita selalu
ingat pesan Papa dan Bhita janji Bhita akan jadi anak
yang baik, Bhita sayang sama Papa” Bhita memeluk Papanya. “Iya
sayang, eh sudah jam berapa, ini waktunya Bhita tidur, besok Bhita gak mau
telat bangun lagi kan”? Bhita pun langsung masuk
ke kamarnya, tetapi
ia tak langsung tidur, melainkan membuka sebuah buku kesayangannya
yang tidak lain adalah Diary-nya. Lalu ia menulis sebuah ceritanya hari ini.
4 Februari 2011
Dear Diary
Hari ini perasaan
gue seneng dan sedikit kecewa juga. Kecewanya gue di saat gue gak bisa datang
ke Ekskul musik
yang notabane nya Mr. Riko yang bimbing. Senengnya
di saat gue masih bisa di kasih kesempatan sama Allah SWT untuk memeluk Papa
dan berkata AKU SAYANG PAPA.
Aku tak tau apakah antinya aku bisa mengucapkan itu
lagi kepadanya. Aku sayang Papa ku dan Mama ku.
Part
3
Belajar
Musik yang Menyenangkan
Keesokan
harinya Bhita bangun dari tidurnya dan kali ini dia berhasil bangun sendiri tanpa
dibangunkan oleh ibunya. Entah apa yang mendorongnya bisa bangun sepagi itu.
Mungkin karena ia sudah mulai bersemangat dan mulai berpikir ia
bukan lagi anak-anak yang bisanya hanya bergantung kepada
kedua orang tuanya. Selesai mandi dan siap-siap Bhita langsung
menuju meja makan
yang sudah ditunggu oleh orang tuanya. “Pagi Pa..., pagi Ma...”
sapa Bhita. “Pagi juga sayang...”, jawab kedua orang tuanya, tanpa
banyak bertanya mengapa Bhita bersikap seperti sekarang. “Ma, Bhita ntar
pulang sekolah agak telat ya, soalnya Bhita ada Ekskul musik, dari pada telat
kayak kemaren mending Bhita langsung aja di sekolah”. “Kamu yakin nak? Ngak
bakal kelaparan lagi”? Tanya Mama. “Ya nggak dong Ma, kan uang jajannya Bhita
ntar di tambah yayaya...”! Pinta Bhita dengan tatapan genit. “Tuh
kan, ada aja”. Bhita pun pergi ke sekolah, sekarang ia
tidak lagi di antar Papanya melainkan ia lebih memilih angkutan umum, entah
apa alasannya, tapi itu awal dari sebuah sikap yang bagus untuk Bhita.
Sesampainya di
sekolah, Bhita langsung menuju bangkunya dan mendekati seorang cewek yang tak
lain adalah Oky, temannya.
“Pagi bebeh, apa kabar kamu di pagi hari
ini” sapa Bhita.
“Alhamdulillah ya, cieee kayaknya temen gue
yang satu ini lagi seneng yaa..., hayoooo!” goda Oky’.
“Aihh apaan sih Lo,
gak seneng amat ngeliat temen sendiri have fun ya... Segar di pagi hari, sumringah
seperti sinaran matahari”!
“Iya dehh nona Bhita
ku, gue orang pertama yang ikut seneng dengan mood Lo hari ini”.
Bel masuk berbunyi,
dan mereka pun kembali ke tempat duduk masing-masing bersiap untuk menerima pelajaran
pertama, yakni Bahasa Inggris. Tau dong siapa yang akan ngajar? Lantas mengapa
hari ini Bhita begitu semangatnya untuk pergi ke sekolah dan siap menerima pelajaran hari
ini.
“Assalamualaikum”!
Terdengar sebuah suara yang tak asing lagi bagi penghuni kelas.
“Waalaikumsalam”,
sahut semua siswa dalam kelas.
Tampak
di bangku nomor dua dari depan, seorang cewek tersenyum simpul,
siapa lagi kalau bukan seorang siswi yang bernama Thabita Azzahra. Ia sangat senang
di pagi itu.
“Cie yang lagi
bahagia”? Goda seorang teman yang tak lain adalah Oky’.
“Apaan sih Lo”!
Seneng banget godain gue”! Sahut Bhita.
“Jieaaah, marah
ne ceritanya? Jangan marah dong ntar wajah Lo kusut lagi pas dilihat sama Mr. Riko”
“Oky’!!”
tanpa sengaja Bhita teriak sedikit nyaring sehingga terdengar oleh Mr. Riko, dan…
“Bhita!!! Kenapa
kamu”? Tanya Mr. Riko kepada Bhita dengan tatapan mata khasnya.
“Nggak Pak, cuma
tadi si Oky nyubit, jadi langsung kaget”. Dengan gugupnya mengucapkan
alasan itu.
“Bohong
Pak! Bhita habis saya goda, soalnya hari ini dia senang ada
pelajaran Bapak”!
Jawab Oky’.
“Ciee”!!!
Satu kelas bersorak melihat Bhita, dan Mr. Riko hanya membalas senyum
melihat tingkah dari
anak muridnya.
Betapa malunya Bhita
saat itu dan sampai akhir pelajaran Mr. Riko, ia hanya diam
tak banyak bicara dan
berkomen seperti biasanya. Bell berbunyi dan saatnya pelajaran Mr. Riko
berakhir.
“Bhit, Lo mau ke
kantin gak”? tanya Oky.
“Ngak!
Males gue, Lo aja sana”! jawab Bhita dengan nada jutek.
“Lo, marah sama
gue Ta”? tanya Oky
“Ngak, biasa aja”!
masih dengan nada juteknya.
“Waduh, gue
minta maaf ya Ta, pasti ini gara-gara tadi ya”?
“Gue gak marah,
cuma masih kesal aja sama Lo! Lo udah ngebongkar sedikit
tentang perasaan gue ama Mr. Riko”, jawab Bhita dengan sedih.
“Yahh, gue ngak
bermaksud apa-apa Ta’, gue cuma pengen bercanda. Maafin gue ya kalo udah buat Lo
kesal.”
“Gue pikir-pikir
dulu dehhh”! jawab Bhita dengan cueknya
“Kok gitu sih,
gue kan udah minta maaf”.
“Gue mau maafin Lo
dengan satu syarat”!
“Apa Ta’?”
dengan wajah penuh penasaran.
“Lo traktir gue
makan ke kantin sekarang”! dengan mengejutkan Oky’ dan ia pun langsung tertawa.
“Aihhh emang
dasar ya Lo Bhit seneng banget bikin gue cemas”! dengan nada kesalnya.
Kedua
sahabat itu pergi menuju kantin, dan telah memesan menu makanannya
masing-masing. Selama di kantin mereka bercanda ria seperti tidak ada masalah yang
sudah mereka perdebatkan tadi. Bhita bahagia memiliki sahabat seperti Oky’, ia tak
tahu jika suatu saat nanti ia tak akan bisa melihat tawa Oky’ dan
bersenang-senang bersama Oky’.
Sepulang sekolah,
mereka berdua tidak langsung pulang ke rumah, melainkan dia bersama temannya
itu menunggu di sekolah. Mereka hanya mengganti baju seragam dengan baju kaos
biasa, karna mereka tau hari ini akan ada ekskul musik.
“Ky’, lama amat
ya masuknya”?
“Sabar dong Buuu’,
gak sabar amat pengen ketemu ama Mr. R !”
“Ihhh apaan sih Lo!
Resek amat sama gue.”
Bhita gelisah, ia
terus saja mencoret-coret buku, entah apa yang ia
tulis. Pikirannya tidak karuan, ia tidak sabar ingin masuk kelas musik Mr. R. Adapun
Oky yang ada di sampingnya hanya bisa tertawa kecil menyaksikan tingkah konyol
sahabatnya. Dan terlintas dipikirannya mengingat dulu ia juga sempat menyukai
Mr. Riko, dan kalau saja Bhita tahu, mungkin sekarang ia tidak bisa sedekat ini
dengan Bhita. Sekarang tak ada yang perlu disusahkan lagi, cukup
melihat Bhita bahagia, Oky’ sudah merasa senang karna ia berhasil menjadi
sahabat yang baik untuk Bhita. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 15.30
Wib dan kelas akan di mulai. Wajah Bhita yang gelisah sontak berubah menjadi sumringah
karena ia tahu sebentar lagi akan ada seorang mahluk tampan yang akan membuat
hatinya berdebar. Tiba-tiba...
“Assalamualaikum,
selamat sore anak-anak, maaf ya sedikit membuat kalian menunggu.”
“Tak
apa Pak, kami mengerti Bapak juga kan butuh sedikit istirahat”, jawab salah
seorang siswa yang marga batak dengan logat khas bicaranya.
“Terima kasih
atas pengertiannya, dan minggu lalu kita baru belajar mengenai kunci-kunci
dasar pada gitar dan mungkin di antara kalian sudah ada yang lancar atau bisa
memainkan sebuah lagu”?
tanya Mr. Riko.
“Baru
memperlancar Pak, tapi bagaimana dengan murid yang satu
ini, Bhita. Dia dipertemuan kemarin tidak hadir”? tanya Oky.
“Oh iya saya
lupa, maaf Bhita. Sekarang kamu ikut saya di depan pakai gitar yang di sana.
Buat yang lainnya coba kalian mainkan kunci C-A-F-G”.
“Okey Pak”
jawab semua murid.
Setelah
mendengarkan perintah Mr. Riko, Bhita langsung kelihatan bahagia. Dia bahagia
karena secara langsung Mr. Riko mengajarinya bermain gitar hanya dia berdua. Sementara
murid-murid yang lain sedang asyik mencoba kunci-kunci
gitar yang diberikan Mr. Riko pada mereka. Tapi kelihatannya tidak dengan Oky’
yang dari tadi asyik melihat kedekatan Bhita dan Mr. Riko. Ia membayangkan betapa
bahagianya Bhita saat ini. Oky hanya tersenyum simpul melihat temannya yang tampak
salah tingkah.
“Bagaimana Bhita,
sudah sedikit mengerti”? Tanya Mr.
“Emmmm, sedikit
Mr., ngak banyak”. Jawab Bhita dengan wajah polosnya.
“Yang penting
kan ada bisanya, dan oh ya sekarang coba kamu gabung sama teman-teman yang lain,
dan coba mainkan kunci-kunci yang tadi telah saya berikan kepada mereka”.
“Iya pak”.
Padahal dalam hati Bhita
sebenarnya tidak ingin cepat-cepat meninggalkan kursi di samping Mr. Ia masih ingin
duduk di samping Mr. Riko. Tapi sudahlah, pikirnya masih
ada kok hari esok. Setelah mencoba beberapa kali kunci-kunci
itu, Mr. merasa murid-muridnya telah paham dan bisa memainkan sedikit demi sedikit
apa yang telah ia berikan. Ia pun berniat ingin memberikan tugas untuk melatih mereka di rumah.
“Ok, kalian udah
pada bisa mainkan kunci itu, tapi perlu di latih lagi agar bunyinya bisa
sedikit lebih bersih dan ngak mampet”.
“Masa sih Mr.”?
jawab salah seorang murid
“Iya, tinggal
kalian coba lagi untuk menekan senar gitarnya lebih kuat
agar bunyinya kedengaran lebih bersih dan bagus”.
“Iya Pak, kami
akan mencoba”.
“Sekarang bapak
akan kasih kalian tugas untuk dimainkan di rumah”.
“Asik!!! Lagu ya
pak”?
“Iya
sebuah lagu, dengan kunci yang sederhana dan kunci-kuncinya
juga kalian sudah pada tau”.
“Lagu apa Pak”?
“I
will Fly” dari Ten2 Five. Ada dua kunci yang belum saya ajarkan
kepada kalian”.
“Kunci apa Pak”?
“Kalo tidak
salah ada kunci Am7 dan G7”.
“Ajarin dong Pak”!
“Iya-iya”.
Mr. Riko mengajari
murid-muridnya kunci tadi, meskipun ada yang cepat bisa dan ada juga yang masih
lambat memahami atau Tel-Mi (Telat Mikir). Semangat dan usaha
keingintahuan mereka mendorong mereka menjadi bisa memainkan kunci tadi,
meskipun masih kurang kedengaran sempurna tetapi itu bisa diperbaiki dan dicoba
kembali.
“Oke ya anak-anak,
sudah pada bisa kan? Sekarang kalian bisa cari chord gitarnya di internet,
kalian bisa cari di Chord Frenzy ataupun Blog lainnya yang menyediakan
chord-chord lagu”.
“Nyip deh Pak”.
“Waktu juga
hampir menunjukkan pukul 17.00 Wib dan sepertinya kita akhiri dulu pertemuan
ini. Saya harap kalian tidak hanya memainkan alat musik ini di sekolah saja,
jangan lupa untuk terus mencoba dan latihan di rumah. Pesan saya jangan setengah-setengah
untuk bermusik, dan Assalamualalaikum”
“Walaikumsalam warahmatullahhiwabarakatuh”
jawab murid serentak.
Mereka meninggalkan
kelas dengan wajah yang sangat-sangat bahagia, meski mereka tak sempat pulang ke rumah setelah
jam sekolah.
----------------------
Tunggu
Bagian Selanjutnya ya...
Sabar.....
No comments:
Post a Comment