Penulis: Eki Lianti
Novel Part 1: “Jantung Cintaku”
Suasana di pemakaman sepi, harum taburan bunga yang menghiasi makam yang
baru itu. Hari demi hari bertahan melawan rasa sakit yang sebelumnya tak pernah
ia ketahui apa yang ia derita. Ketika seorang pria yang dulu sama sekali tidak pernah mengenalnya, perlahan mulai
menyadari keberadaan gadis kecil itu. Di saat hari-hari terakhir sebelum keberangkatan Riko
Saputra ke Oxford, ia harus menerima sebuah kenyataan mimpi buruk yang membuatnya harus
merelakan dan menerima semua itu. Hingga
akhirnya, dia bertemu dengan sosok reinkarnasi dari orang yang dulu
pernah ia cintai.
Thabita
adalah sosok cewek yang manja, periang dan selalu sayang pada kedua orang tuanya.
Ditambah lagi Thabita adalah
seorang anak tunggal. Ibu dan Bapaknya selalu ingin membuat Bhita bahagia. Pagi
itu suasana di rumah cukup ribut dan tidak lain penyebabnya adalah Thabita. “Maa…! Gawat! Aku pasti bakal ditutupin
pagar sama Pak Asep (Satpam
sekolah), Mama sih gak bangunin Bhita,
gini kan jadinya!” ucap Bhita. “Loh Nak, bukannya kamu
sendiri yang bilang kalau besok Mama gak perlu lagi bangunin kamu, karena kamu sendiri
kan yang bilang bahwa kamu sudah bisa bangun sendiri!” ujar Mamanya. “Aduh Ma, udah deh, sekarang mana
uang jajan Bhita plus uang Angkot ya?” “Loh,
kamu gak di antar sama Papa mu, Nak?” “Nggak deh Ma, kalo sampai nunggu Papa, bisa-bisa beneran ngak sekolah deh Bhita hari ini!” tukasnya. “Iya deh, kamu hati-hati di jalan ya Nak, tapi ingat ya, pulang sekolah
jangan kemana-mana”! “Aduuuh Mama,
Bhita itu khan udah kelas 3 SMA, bukan anak kecil
kelas 5 SD lagi, ya udah, Daaaa Ma...”!
Pergi sambil membawa sepotong roti. “Kebiasaan deh, itu anak Pa..., udah mau
17 tahun, masih aja kayak anak kecil” ujar Mama. “Ya, namanya juga anak
tunggal Ma...Ma, biarin aja deh, nanti juga dia bakal malu sendiri” ucap Papa.
Bhita
bingung mencari Angkot yang akan menuju ke arah sekolahnya, karena terakhir kali
ia naik Angkot sewaktu kelas 3 SMP. Tampak sebuah Angkot bewarna kuning yang berhenti di depan Bhita,
tanpa pikir panjang Bhita langsung masuk Angkot dan meminta agar menuju ke sekolahnya. Tak lama kemudian, Angkot itu belok ke kiri, dan “Loh, kok belok ke kiri
nih Pak”? tanya Bhita. “Ini jurusan ke Pasar Neng”. “Astaga, apes banget deh gue
hari ini”! ujar Bhita. Tanpa
melengo lagi Bhita langsung turun dan
berlari menuju sekolah yang tak jauh dari tempat tersebut. “Aduh! Pak jangan tutup dulu dong, bukain
buat saya gerbangnya, toh ini baru 5 menit telatnya, pliss Pak”! Pinta Bhita kepada
Satpam. Dan satu lagi, Bruk! Seorang Pria yang
tak asing bagi Bhita tanpa sengaja menabraknya. “Waw! Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senangnya kemudian” ujar Bhita dalam hati. Ya, sosok
itu adalah Mr. Riko, salah satu guru di sekolah tempat Bhita, dan kocaknya Bhita sangat
menyukai Riko, dan acapkali ia bertemu dengan Riko,
ia selalu salah tingkah dan pastinya membuat jantung Bhita berdetak kencang di
tambah tangan dan telapak kaki Bhita
dingin. “Telat juga nih Pak?” tanya Bhita. “Iya, kamu tumben telat juga
Bhita”? “Anu Pak telat bangun, hee”. “Yaaa, sudah Pak Asep tolong bukain kita gerbang”
pinta Riko kepada Satpam. Bhita pun bergegas lari menuju kelasnya yang sekarang sedang jam pelajaran Bahasa Arab.
Bel berbunyi dan itu tanda istirahat, “Bhita, kenapa lo
telat”? Tanya Oky, teman
sekelas sekaligus sahabatnya Bhita. “Gue telat bangunnya
Ky”! Gara-gara pengennya bangun sendiri, eh malah keasyikkan mimpi, hee”.
“Ada-ada aja loe Bhit”! “Oh ya..., ngomong-ngomong soal telat tadi,
gue telatnya bareng Mr. Riko lo! Dan Lo tau, betapa senengnya hati gue...hahaha”! “Eh dasar ya Loe, lagi susah sempat-sempat aja Cepe-cepe sama tu Mr, oh ya Bhit, lo mau ikut Ekskul Karya Tulis gak?” tanya Oky. “Idieh sejak kapan
gue suka nulis Oky? Ya pastinya enggak la!”
“Yakin lo gak mau ikut, gak nyesal nantinya? Jangan salahin gue ya kalo gue gak ngajakin Lo”! “Emang ada apaan sih Ky’ sampai segitunya lo
komat-kamitin gue”? “Asal Lo tau ya Bhita sayang, Mentor Ekskul karya
Tulis itu Mr. Riko. Dia yang nantinya bakal bimbing kita”. “Apa Lo
bilang, Mr. Riko? Serius Lo?” dengan nada begitu kagetnya. “Tuh
kan apa gue bilang, nyesel deh kalo misalnya Lo
gak ikutan, jadi gimana? Ikut kan lo”? Balas Oky’. “Yah, kalo
udah berhubungan sama tu Mr., Gue gak bisa nolak kali Ky’, kecuali nolak
buat ngejauhin dia! Asikkkk hehehe”! “Ok kalo gitu, ntar
Ekskul nya tiap hari Selasa jam 3 sore, ingat Lo”!!! “Teeettttttt”! Bel telah berbunyi dan waktu istirahat pun berakhir. Siswa SMA
Pertiwi memasuki kelasnya masing-masing.
Ketika jam sekolah telah berakhir, Bhita pulangnya naik Angkot lagi, dan turun tepat di depan gang rumahnya.
Selama berjalan menuju rumah, Bhita memikirkan Ekskul yang akan diikutinya
nanti. “Ah, betapa asyiknya nanti, belajar gitar diajar sama lovely Mr., asikk”! gumam Bhita. Tanpa disadarinya seseorang dari samping sejak tadi terus memperhatikannya yang
tersenyum-senyum di sepanjang jalan gang.
“Assalamualaikum”!
sapa seseorang yang dari tadi di samping Bhita.
“Waaalaikumsalam,
kayaknya gue kenal ne suara”? jawab Bhita.
“Eh
anak manja, kenapa jalan kok senyam-senyum aja? Hayooo...ada apa”? tanya ibu-ibu itu. “Tuh kan Bude, udah di kira pasti itu suara Bude. Bude bikin Bhita
kaget aja! Emmmm, ada deh, ini urusan anak remaja, bukan urusan tante-tante, hehehehe,
Byeee Bude”! Bhita berlari meninggalkan
sesosok ibu tadi. Ya, itu adalah tetangga Bhita. Dia sudah seperti ibu Bhita sendiri, dia yang selalu mengingatkan Bhita untuk
selalu rajin beribadah.
Sesampainya
di rumah, Bhita langsung saja masuk kamar dan kembali memikirkan kegiatan
Ekskul hingga ia tertidur. Tanpa ia sadari, waktu sudah menunjukkan pukul 15.38
Wib, Bhita terbangun dan kaget;
“Astagaa!!!!! Maaamaa!!!” Bhita teriak.
“Iya Bhita, kenapa kok sampai teriak-teriak
sih”? sambil membuka pintu kamar Bhita.
“Kenapa Mama gak
bangunin Bhita”? Sedikit membuat Bhita
mengeluarkan air mata.
“Mama
gak tau apa yang kamu maksud, kamu juga ngak ada bilang apa-apa sama Mama tadi
pulang sekolah, ada apa Bhita? Cerita dong sama Mama”.
“Hari
ini Bhita ada Ekskul Gitar Ma, dan mulainya itu pukul 15.00, sekarang aja udah
pukul 16.00, tuh kan Bhita udah ngelewatin satu Ekskul yang udah Bhita nanti-nanti dari tadi siang,
Ma”! Dengan nada kesalnya.
“Makanya besok-besok kalo Bhita mau ada kegiatan sore, Bhita kasi tau Mama, biar kejadiannya ngak kayak
gini lagi kan”, ujar Mama menasehati Bhita.
-----------------
Tunggu Bagian ke 2
Tentunya Lebih Seru Donk...
No comments:
Post a Comment