#Adnan
Mahdi
@Edukasi
Masyarakat
Persoalan HIV/AIDS tampaknya belum
kunjung berakhir di negeri ini. Setiap tahun, ternyata penderitanya terus
bertambah dan merambah ke daerah-daerah yang tidak diperkirakan sebelumnya.
Misalnya Propinsi Kalimantan Barat, berdasarkan hasil survei dari Komisi
Penanggulangan AIDS Kalbar pada bulan Juli – September 2011, diperoleh
data bahwa sebanyak 4.779 orang telah positif mengidap HIV/AIDS, dengan
rincian 3.228 diantaranya sudah positif HIV, dan 1.551 orang telah masuk dalam
stadium AIDS. Dari jumlah tersebut, lebih dari 340 orang meninggal dunia.
Realitas
di atas jelas sangat memprihatinkan, karena Kalbar yang memiliki jumlah
populasi penduduk cukup kecil di banding Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa
Timur, ternyata memiliki kasus AIDS yang sangat tinggi. Padahal, berbagai
program sosialisai dan pembinaan telah dilakukan oleh pemerintah, namun
hasilnya tampak belum maksimal. Apa penyebabnya dan dimana letak kesalahannya?
Sebenarnya,
persoalan HIV/AIDS itu tidak akan selesai hanya dengan program sosialisasi atau
pembinaan kepada kaum muda semata. Cara-cara yang ditempuh juga tampaknya belum
begitu jitu, karena umumnya target hanya difokuskan pada anak-anak sekolah
setingkat SMP, SMA, dan Mahasiswa. Organisasi yang dijangkau juga adalah
mahasiswa atau siswa yang aktif, sementara mereka yang tidak aktif, jarang
tersentuh dan terbina.
Sebaiknya,
program-program yang perlu dilakukan ke depan, antara lain:
HIV/AIDS dimasukkan dalam
kurikulum sekolah
Saatnya
HIV/AIDS masuk dalam kurikulum sekolah, karena selama ini yang banyak diajarkan
hanya terkait dengan Narkoba. Sudah sepatutnya pihak-pihak yang berwenang dalam
bidang pendidikan, memprogramkan materi HIV/AIDS di dalam kurikulum sekolahnya.
Apalagi saat ini setiap sekolah sudah menggunakan kurikulum KTSP, sehingga
otoritas sekolah untuk memasukkan materi HIV/AIDS sudah sangat terbuka.
Rasionalisasi
memasukkan materi HIV/AIDS dalam kurikulum, karena anak-anak sekolah saat ini,
mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, sudah sangat terbuka bagi
mereka untuk mendapatkan informasi yang berbau pornografi maupun pornoaksi,
baik melalui Hp, Internet, Media Cetak, Media Elektronik dan sebagainya.
Melalui jalur pendidikan, diharapkan akan sedikit terbendung semua informasi
berbau porno yang mereka dapatkan tersebut.
Penyuluhan dilakukan secara
menyeluruh dan merata
Penyuluhan
atau pembinaan semestinya tidak hanya terfokus pada anak-anak usia SMP, SMA,
atau Mahasiswa, tapi juga menyetuh pada orang tua. Karena dari kesadaran orang
tua ini, diharapkan mereka akan mampu menekan penyebaran HIV/AIDS melalui
pendidikan yang mereka berikan di dalam keluarga.
Penguatan pemahaman keagamaan
Tidak
bisa dipungkiri, agama memiliki kontribusi yang sangat mendasar dalam membentuk
karakter dan membendung mereka dari perilaku dan pergaulan bebas. Pemerintah
melalui Kementerian Agama dan Ormas semestinya menekankan agar selalu
menyisipkan informasi terkait penyebab dan dampak dari HIV/AIDS itu. Oleh
karena itu, pemerintah harus memberikan pembekalan yang cukup kepada para
mubaligh atau pendamping masyarakat, agar tatkala mereka memberikan pembinaan
pada masyarakat, informasi HIV/AIDS tidak pernah ketinggalan.
Penutupan atau pembinaan
serius tempat-tempat prostitusi
Tempat-tempat
prostitusi, baik yang legal maupun ilegal harus segera ditutup atau
ditertibkan, karena dimungkinkan dari sinilah virus HIV/AIDS itu menular.
Selain itu, tempat hiburan “remang-remang” juga harus segera ditertibkan,
karena temapt ini yang seringkali sulit terdeteksi oleh aparat pemerintah.
Tempat
lokaliasi atau hiburan tersebut harus rutin dan kontinyu dilakukan cek
kesehatan, bila perlu diwajibkan bagi pengelolanya untuk memeriksakan setiap
penghuni atau pengunjungnya. Sangat epektif lagi, jika di setiap tempat
tersebut baru diizinkan beroperasi jika sudah mendapatkan label kesehatan dari
dinas atau rumah sakit setempat. Hal ini juga baik untuk diberlakukan di hotel
atau tempat-tempat penginapan.
Razia rutin di tempat-tempat
keramaian
Setiap
daerah umumnya memiliki tempat yang sering dikunjungi oleh anak-anak muda pada
malam hari. Tempat-tempat seperti ini yang sepertinya jarang tersentuh. Oleh
karena itu, tempat-tempat seperti ini harus rutin dilakukan razia dan ada
pembatasan jam malam.
Melalui
lima program di atas, diharapkan penyebaran virus HIV/AIDS menurun pada
tahun-tahun mendatang.
No comments:
Post a Comment