Slider

Recent Tube

Berita

Ilmiah

Opini

Fiksi

TQN

Buku

» » » » Khutbah Jum'at: MUHASABAH DIRI & TAUBAT



اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّـانِ، اَلْكَرِيْـمِ الْمَـنَّانِ، اَلرَّحِيْمِ الرَّحْـمَنِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى حَمْدًا يَدُوْمُ عَلَى الدَّوَامِ، وَأَشْكُـرُهُ عَلَى الْخَيْرِ وَاْلإِنْعَامِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَـا مُـحَمَّدًا عَـبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِه صَلاَةً وَ سَلاَمًا دَائِمَيْنِ مَتُلاَزِمَيْنَ عَلَى مَـمَرِّ اللَّــيَالِيْ وَالــزَّمَانِ.
 أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَ طَاعَـتِـهِ لَعَلَّـكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Kaum Muslimin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Alhamdulillah, atas curahan nikmat dan limpahan rahmat Allah SWT, saat ini kita telah berada di Bulan Sya’ban, bulan yang mulia dan agung, karena di dalamnya bertabur syafa’at, kemenangan, karomah, kebaikan, kasih sayang dan cahaya dari Allah SWT. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Yahya bin Mu’adz bahwa Sya’ban terdiri dari lima huruf yaitu syin, ‘ain, ba’, alif, nun dan masing-masing bermakna sebagai berikut. Pertama: Syin, syarafatun atau syafa’atun yang berarti kemuliaan dan syafa’at. Kedua: ‘Ain, al-’izzah wa karomah yang berarti kemenangan dan karomah. Ketiga: Ba’, al-Birru yang berarti kebaikan. Keempat: Alif, Ulfah yang berarti rasa belas kasihan. Kelima:  Nun, Nur yang berarti cahaya.

Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahlimpahkan kepada manusia agung, insan teladan, yakni Nabi Muhammad SAW, semoga kita sebagai umatnya akan mendapatkan syafaat Beliau di Hari Pembalasan, âmîn ya Rabbal ‘alamîn.
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Munculnya wabah corona yang berawal dari Kota Wuhan, Cina, cukup mengagetkan dan membuat panik masyarakat dunia, termasuk kita. Virusnya sangat cepat berkembang dan menjangkiti siapa saja yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung pada penderita, karena cara penularannya tidak hanya melalui mulut semata, tapi juga bisa melalui hidung, mata atau semua jenis makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi olehnya. Berdasarkan data yang diperoleh, penyebaran virus corona saat ini sudah merambah ke 190 negara, dan negara yang paling parah terpapar adalah Italia, Cina, Iran, Korea Selatan dan Prancis. Berdasarkan data di Website Kementerian Kesehatan Indonesia tanggal 25 Maret 2020, jumlah yang terkonfirmasi Covid 19 di dunia sudah mencapai 372.757 orang, dan 16.231 orang atau sebesar 4,3% telah meninggal dunia. Sedangkan di Indonesia saat ini, jumlah kasus yang terkonfirmasi sebanyak 790 orang dengan kasus meninggal sejumlah 58 orang.

Semua negara waspada terhadap penyebaran penyakit tersebut. Acara atau kegiatan yang mengumpulkan massa besar di satu tempat mulai dihindari, termasuk di dalamnya kegiatan ibadah. Arab Saudi mulai tanggal 27 Februari lalu menutup penerbangan untuk ibadah umrah, bahkan di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia juga sudah mengeluarkan fatwa, di antaranya berbunyi:
1.  Orang yang telah terpapar virus corona, wajib menjaga dan mengisolasi diri agar tidak terjadi penularan kepada orang lain.
Baginya salat Jumat dapat diganti dengan salat zuhur di tempat kediaman, karena salat Jumat merupakan ibadah wajib yang melibatkan banyak orang sehingga berpeluang terjadinya penularan virus secara massal.
2.   Orang yang sehat dan yang belum diketahui atau diyakini tidak terpapar COVID-19, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Dalam hal ia berada di suatu kawasan yang potensi penularannya tinggi atau sangat tinggi berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka ia boleh meninggalkan salat Jumat dan menggantikannya dengan salat zuhur di tempat kediaman, serta meninggalkan jamaah salat lima waktu atau rawatib, tarawih, dan ied di masjid atau tempat umum lainnya.
b.      Dalam hal ia berada di suatu kawasan yang potensi penularannya rendah berdasarkan ketetapan pihak yang berwenang maka ia tetap wajib menjalankan kewajiban ibadah sebagaimana biasa dan wajib menjaga diri agar tidak terpapar virus corona. Seperti tidak kontak fisik langsung (bersalaman, berpelukan, cium tangan), membawa sajadah sendiri dan sering membasuh tangan dengan sabun.
3.   Dalam kondisi penyebaran Covid-19 tidak terkendali di suatu kawasan yang mengancam jiwa, umat Islam tidak boleh menyelenggarakan salat jumat di kawasan tersebut, sampai keadaan menjadi normal kembali dan wajib menggantikannya dengan salat zuhur di tempat masing-masing.
4.  Dalam kondisi penyebaran Covid-19 terkendali, umat Islam wajib menyelenggarakan shalat Jumat.
5.   Pengurusan jenazah (tajhiz janazah) terpapar Covid-19, terutama dalam memandikan dan mengkafani harus dilakukan sesuai protokol medis dan dilakukan oleh pihak yang berwenang, dengan tetap memperhatikan ketentuan syariat.
Sedangkan untuk mensalatkan dan menguburkannya dilakukan sebagaimana biasa dengan tetap menjaga agar tidak terpapar Covid-19.
6.  Umat Islam agar semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak ibadah, taubat, istighfar, dzikir, membaca Qunut Nazilah di setiap shalat fardhu, memperbanyak shalawat, memperbanyak sedekah, dan senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar diberikan perlindungan dan keselamatan dari musibah dan marabahaya (doa daf'u al-bala'), khusus-nya dari wabah Covid-19.
7.   Tindakan yang menimbulkan kepanikan dan atau menyebabkan kerugian publik, seperti memborong dan menimbun bahan kebutuhan pokok dan menimbun masker hukumnya haram.

Berdasarkan data dan fatwa MUI di atas, kita harus lebih waspada. Namun hadirin, jangan sampai kewaspadaan kita melebihi dari batas-batas kewajaran. Jangan pula wabah seperti ini dijadikan lelucon atau meme-meme yang tidak mendidik, karena perilaku seperti itu malahan melahirkan kesombongan dan menganggap remeh peringatan atau warning dari Allah SWT. Mestinya yang kita lakukan segera adalah bermuhasabah diri, merenungi kesalahan untuk dijadikan i’tibar dalam kehidupan ini. Bukankah Allah SWT telah mengingatkan kepada kita di dalam al-Qurân surah ar-Rûm ayat 41:
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ ٤١
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Berdasarkan ayat di atas, Allah telah memberikan peringatan keras bahwa berbagai kerusakan yang terjadi di darat dan di laut adalah akibat dari perbuatan tangan manusia. Peringatan tersebut mengandung pesan agar manusia selalu mengoreksi atau bermuhasabah diri. Dalam skala kecil, muhasabah ini juga sangat diperlukan agar kita cepat sadar diri, mengapa selama hidup yang sudah kita jalani ini tidak ada keberkahan di dalamnya. Kita sudah bekerja siang dan malam, kita juga sudah beramal ibadah, tapi mengapa kehampaan, ketidaktenangan, dan kekurangan selalu menyelimuti kehidupan kita sehari-hari?

Boleh jadi kekayaan kita banyak, jabatan naik melesat, usaha untung berlipat-lipat, bahkan mampu gonta-ganti kendaraan yang mengkilap, tetapi mengapa kesenangan yang kita rasakan selalu diiringi ketakutan dan kecemasan? Bila kondisi ini yang dirasakan, berarti ada yang salah dalam hidup kita.

Akar masalah tersebut bisa kita telusuri dari sikap kita kepada Allah, boleh jadi apapun yang kita lakukan selama ini bukan ditujukan hanya karena dan untuk Allah? Bisa pula sumber permasalahan tersebut akibat dari kedurhakaan kita kepada orang tua? Sebab:
رِضَى اللّٰهِ فِي رِضَى الْوَالِدَيْنِ وَسَخَطُ اللّٰهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدَيْنِ
Ridha Allah tergantung pada ridha kedua orangtua, kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan kedua orangtua (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Al-Hakim).
Betapa banyak anak yang tak merasa durhaka, ia hidup dalam kemewahan, sementara orangtuanya bersusah payah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ada pula anak yang sering berkata kasar, memperlakukan orangtuanya seperti anak kecil, bahkan sangat pelit untuk berbagi rezeki dengan orangtuanya. Atau ada pula anak melupakan orangtuanya yang telah wafat, jangankan menziarahi makamnya, berkirim doa pun tak pernah. Bagimana ia bisa mendapatkan keberkahan Allah bila perilaku dan adabnya kepada orangtua seperti ini?
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Masih banyak lagi perbuatan lain yang bisa menjadi penyebab terhalangnya keberkahan Allah dalam hidup kita, bisa terkait dengan halal atau haramnya harta yang kita miliki, bisa pula karena kedzaliman kita pada orang lain, atau boleh jadi disebabkan oleh kesombongan dalam diri kita sendiri.

Untuk itulah hadirin, perlunya kita bermuhasabah diri, agar kita cepat mengetahui kesalahan yang telah kita perbuat dalam hidup ini. Bila sudah kita ketahui, maka segeralah bertaubat kepada Allah SWT. Syarat diterimanya taubat seorang hamba, Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani di dalam kitabnya al-Ghuniyah menyebutkan ada tiga tahapan: Pertama, menyesali kesalahan yang telah diperbuat; Kedua, meninggalkan setiap kesalahan dimana pun dan kapan pun; Ketiga, berjanji untuk tidak mengulangi dosa dan kesalahan. Taubat yang kita lakukan di Bulan Rajab dan dilanjutkan dengan peningkatan ketaatan di Bulan Sya’ban ini sejalan dengan pendapat Syaikh Dzunnun Al-Misri, bahwa Bulan Rajab adalah bulan untuk meninggalkan kejelekan, bulan Sya’ban adalah bulan menambah ketaatan, bulan Ramadhan adalah bulan untuk menjemput kemuliaan. Jika seseorang tidak meninggalkan kejelekan, tidak meningkatkan ketaatan, tidak menjemput kemuliaan, maka ia adalah pengikut setan. Na‘ûdzu billâhi min dzâlik.
Kaum Muslimin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Ketika muhasabah diri sudah dilakukan, tahapan taubat telah dilaksanakan, maka langkah selanjutnya yang perlu kita update dan upgrade di Bulan Sya’ban ini adalah memperbanyak ibadah, berpuasa sunnah, dzikrullah dan terus bermunajat kepada Allah agar kita, keluarga kita dan bangsa Indonesia selalu mendapat curahan rahmat dan keberkahan dari Allah SWT, serta kita dijauhkan dari wabah virus corona yang telah menghantui hidup kita dan umat manusia sejagat raya ini, amîn yâ Rabbal ‘alamîn.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ، وَقاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلـمُؤْمِنَاتِ وَاْلـمُسْلِمِيْنَ وَاْلـمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. أَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَـنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَــلِّغْنَا رَمَضَانَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلـمُنْكَرِ وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ.

Link Download NASKAH KHUTBAH

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments: