Slider

Recent Tube

Berita

Ilmiah

Opini

Fiksi

TQN

Buku

» » » Makna dan Definisi Tashawwuf



Para pakar tashawwuf berbeda-beda dalam memaknai dan mendefinisikan tashawwuf, disebabkan latar belakang pengkajian dan sudut pandang yang beraneka ragam, namun pada hakikatnya adalah satu tujuan, yaitu menjelaskan makna dan tujuan tashawwuf secara benar dan mudah dipahami oleh pengikutnya. Banyak sekali para ahli tashawwuf memberikan ta’rif dan definisi tentang tashawwuf, di antaranya:
ü  Imam Junaid al-Baghdadi mendefinisikan tashawwuf sebagai “mengambil setiap sifat mulia dan meninggalkan setiap sifat rendah”.
ü  Syaikh Ma’ruf bin Al-Faizan Abu Mahfudh Al-Abid yang terkenal dengan sebutan Al-Karkhi berkata: “Tashawwuf adalah mencari hakikat dan meninggalkan dari segala sesuatu yang ada pada tangan makhluk”.
ü  Syaikh Abul Faidl Dzunnun Al-Mishri, berkata: “Sufi  adalah orang yang tidak payah karena mencari dan tidak susah karena musnahnya milik”.
ü  Ibnu Khaldun: “Tashawwuf merupakan semacam ilmu syari’at yang timbul kemudian di dalam agama, asalnya ialah bertekun beribadah dan memutuskan pertaliannya dengan segala selain Allah, hanya meng-hadap Allah semata, menolak hiasan-hiasan duniawi serta membenci perkara-perkara yang selalu memperdaya orang banyak, kelezatan harta benda dan kemegahan serta menyendiri menuju jalan Tuhan dalam khalwat dan ibadat”.
ü  Syaikh Ahmad Zorruq dari Maroko, mendefinisikan tashawwuf sebagai ilmu yang dengannya anda dapat memperbaiki hati dan menjadikannya semata-mata bagi Allah, dengan menggunakan pengetahuan anda tentang jalan Islam, khususnya fiqih dan pengetahuan yang berkaitan, untuk memperbaiki amal anda dan menjaganya dalam batas-batas syariat Islam supaya kebijaksanaan menjadi nyata.
ü  Syaikh Abu Muhammad Al-Jariri: “Masuk dalam setiap moral yang luhur dan keluar dari setiap moral yang rendah”.
ü  Ja’far Al-Khalidi: “Tashawwuf itu memusatkan jiwa dalam beribadah dan keluar dari kemanusiaan serta memandang pada Al-Haq secara menyeluruh”.
ü  Syaikh as-Suyuthi berkata: “Sufi adalah orang yang bersiteguh di dalam kesucian kepada Allah, dan berakhlak baik kepada makhluk”.
Dengan demikian bisa disimpulkan secara sederhana bahwa tashawwuf itu adalah suatu sistem latihan dengan kesungguhan (riyadlah-mujahadah) untuk membersihkan, mempertinggi dan memperdalam kerohanian dalam rangka mendekatkan (taqarrub) kepada Allah, sehingga dengan itu maka segala konsentrasi seseorang hanya tertuju kepada-Nya.
Dengan pengertian seperti itu, maka dapat dikatakan bahwa tashawwuf adalah bagian dari ajaran Islam, karena ia membina akhlak manusia (sebagaimana Islam juga diturunkan dalam rangka membina akhlak umat manusia) di atas bumi ini, agar tercapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup lahir dan batin, di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, siapa saja boleh menyandang predikat mutasawwif sepanjang berbudi pekerti tinggi, sanggup menderita lapar dan dahaga, bila memperoleh rezeki dan nikmat lainnya tidak lekat di dalam hatinya, dan begitu seterusnya yang pada pokoknya sifat-sifat mulia, dan terhindar dari sifat-sifat tercela.


Tulisan Guru Mursyid: Jayadi M. Zaini, Sarilaba B

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments: