Pengurus
Masjid Bersejarah Sirajul Islam Selakau sekaligus dzuriyat dari Syaikh H.
Muhammad Sa’ad, Bulyan bin Abu Bakar menyelenggarakan Dzikir Akbar TQN Syakih
Ahmad Khathib As-Sambasy, Sabtu 17 November 2018. Kegiatan dzikir ini merupakan
salah satu dari rangkaian kegiatan dalam memperingati 100 tahun atau 1 abad
berdirinya Masjid Bersejarah Sirajul Islam yang didirikan oleh Syaikh H.
Muhammad Sa’ad Selakau. Kegiatan ini dihadiri oleh keluarga besar dzuriyat
Syaikh H. Muhammad Sa’ad Selakau, Guru Mursyid TQN Khathibiyah Sambas Jayadi M
Zaini, MA, Ketua Umum dan Sekretaris Umum Yayasan TQN Khathibiyah Sambas,
Jamaah TQN Sambas, Singkawang, Sekadau dan beberapa daerah lainnya.
Kegiatan ini diawali
dengan shalat Maghrib berjamaah, dilanjutkan dengan dzikir, shalat Isya’, serta
dilanjutkan dengan pembacaan biografi singkat Syaikh H. Muhammad Sa’ad Selakau
sekaligus sejarah singkat Masjid Bersejarah Sirajul Islam. Dalam sambutan
Bulyan bin Abu Bakar, beliau menjelaskan bahwa Syaikh H. Muhammad Sa’ad
merupakan keturunan dari H. Syu’aib yang memiliki anak bernama H. Muhammad
Tosin. Melalui pernikahan H. Muhammad Tosin dengan Lima, lahirlah Syaikh H.
Muhammad Sa’ad di Desa Tanjung Rengas Sambas pada tahun 1807 M. Saat usia
mudanya, M. Sa’ad berangkat ke Mekah dan belajar dengan Syaikh Ahmad Khathib
As-Sambasy selama 13 tahun.
Setelah ilmu
keagamaan dan ilmu TQN-nya dinilai memadai, maka gurunya Syaikh Ahmad Khathib
memerintahkan Syaikh H. Muhammad Sa’ad pulang ke Sambas untuk mengajar. Sebelum
datang ke Sambas, Syaikh H. Muhammad Sa’ad Selakau mengajarkan ilmunya di
Berabai, Amuntai Kalimantan Selatan kurang lebih selama 12 tahun. Selama di
Berabai, Syaikh H. Muhammad Sa’ad Selakau menikah dengan seorang gadis bernama
Dayang.
Setibanya di
Sambas, Syaikh H. Muhammad Sa’ad tidak kembali ke desanya Tanjung Rengas, tapi
memilih bermukin di Selakau. Beliau diberikan sebidang tanah oleh Sultan seluas
80 M x 260 M. Tanah tersebut dipergunakan oleh Syaikh H. Muhammad Sa’ad untuk
pembangunan rumah, mendirikan masjid, sekaligus menyediakan tanah wakaf untuk
pemakaman. Tanah wakaf masjid dan pemakaman ini beliau serahkan kepada H.
Zainal bin H. Muhammad Sa’ad, putra kandung beliau.
Biaya
pembangunan masjid merupakan hasil swadaya masyarakat dan didukung oleh H.
Abdul Muin yang pada saat itu ia bertugas sebagai Penghulu Kedua Kesultanan
Sambas. Masjid berhasil didirikan dengan arsitekturnya H. Hitam bin H. Jagung
dan diresmikan oleh Demang Singkawang yang bernama Raden Ulam Juliet pada
tanggal 12 Rabiul Awal 1340 H atau bertepatan dengan tanggal 19 Desember 1923
M. Masjid tersebut diberi nama Masjid Jami’ Sirajul Islam. Kemudian pada
tanggal 14 April 2003, Masjid Jami’ Sirajul Islam diganti dan ditetapkan
namanya menjadi Masjid Bersejarah Sirajul Islam.
Selama masa
hidupnya, Syaikh H. Muhammad Sa’ad mengajarkan ilmu-ilmu agama sekaligus TQN
Syaikh Ahmad Khathib As-Sambasy dan memiliki murid dari dalam dan luar negeri.
Muridnya dari luar negeri yang terkenal pada saat ini bernama H. Zahri dan H.
Khairuddin dari Masjid Kesultanan Singapura. Sementara muridnya dari Sambas
saat itu dilanjutkan oleh anaknya bernama H. Zainal setelah beliau meninggal
pada usia 115 tahun, tepatnya tahun 1922 M.
Sebagai bukti
dan menjadi situs sejarah Sambas, hingga saat ini Masjid Bersejarah Sirajul
Islam masih berdiri kokoh di Selakau. Pada awalnya, halaman Masjid disediakan
seluas 20 M dari pinggir sungai yang berdekatan dengan laut. Halaman tersebut
digunakan oleh masyarakat sebagai tempat singgah sebelum atau setelah mereka
melanjutkan perjalanan ke hulu sungai Selakau. Namun sekarang ini, halaman
tersebut tinggal tersisa sekitar 3-5 M saja dari dinding Masjid ke sungai,
karena digerus oleh air sungai yang bermuara ke laut. Menurut Bulyan, bila
keadaan ini tidak segera diantisipasi, boleh jadi Masjid Bersejarah Sirajul
Islam akan rusak dan roboh tergerus air, termasuk makam Syaikh H. Muhammad
Sa’ad Selakau yang berada di samping Masjid. Untuk itu, Bulyan bersama pengurus
berusaha untuk menyelamatkan Masjid Bersejarah Sirajul Islam dengan pembangunan
Barau atau Turaf Beton sepanjang 51 M dengan biaya diperkirakan sebesar 500
juta lebih. Dalam sambutannya, Bulyan menghimbau para Jamaah TQN dimanapun
berada, termasuk pemerintah dan masyarakat umum agar sudi kiranya menyisihkan
rezeki untuk membantu menyelamatkan Situs Bersejarah tersebut. Bagi para
donatur yang ingin menyumbang, bisa disalurkan melalui Rekening Bank Kalbar
Nomor 2225038620 atas nama RENOVASI MASJID SIRAJUL ISLAM. Untuk info lebih
jelasnya bisa menghubungi Bapak Bulyan AB di nomor 0853 4870 4847.
Setelah
sambutan Bulyan AB, acara dilanjutkan dengan sambutan secara berturut-turut,
mulai dari sambutan Ketua Umum Yayasan TQN Khathibiyah Sambas, sambutan Guru
Mursyid TQN Khathibiyah Sambas, dan sambutan perwakilan TQN Kota Singkawang dan
sekitarnya yang diwakili oleh Abah dari Sekadau. Setelah acara ditutup dengan
doa, Ketua Umum Yayasan TQN Khathibiyah Sambas, Drs. Hakimin menyampaikan
sumbangan dari Yayasan untuk pembangunan barau sebesar 10 juta rupiah.
#Adnan Mahdi
No comments:
Post a Comment