Thariqah
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) Syaikh Ahmad Khathib As-Sambasy di bawah
naungan Yayasan TQN Khathibiyah Sambas melaksanakan acara Dzikir Khataman
Khawajikan, Kajian Tasawuf, dan Sosialisasi Perkembangan Yayasan TQN
Khathibiyah Sambas, Rabu 12 Juli 2017 di kediaman Dr. Kaspullah, M.S.I. yang
berlokasi di Desa Dagang Barat, tempat asal dari Syaikh Ahmad Khathib
As-Sambasy.
Acara
dzikiran diawali dengan Shalawat Thariqah, lalu dilanjutkan Kajian Tasawuf yang
disampaikan oleh Syaikh Jayadi M. Zaini, MA dengan tema: Cara Mensucikan
Ruh.
Pada
mulanya, ruh yang berada di alam ruh adalah suci. Tugasnya adalah bertasbih
untuk memuji dan mengagungkan Allah SWT. Dalam al-Qurân surat al-A’raf ayat 172,
Allah berfirman: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)”.
Ayat
di atas jelas menggambarkan bahwa ruh telah mempersaksikan dan mengagungkan
Allah, bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang wajib disembah. Setelah persaksian
tersebut, maka ruh pun dipertemukan dengan jasad, dan akhirnya lahirlah serang
bayi dalam keadaan suci (fitrah). Hal ini bisa disandarkan pada sabda
Rasulullah SAW dalam kitab Sahihain melalui Abu Hurairah ra.: “Setiap
anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Riwayat lain menyebutkan: dalam
keadaan memeluk agama ini (Islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya
seorang Yahudi atau seorang Nasrani atau searang Majusi, seperti halnya
dilahirkan hewan ternak yang utuh, apakah kalian merasakan (melihat) adanya
cacat padanya?”.
Namun
dalam perkembangannya, ruh yang sudah bersatu dengan jasad, secara perlahan dan
terus-menerus dikotori oleh hawa nafsu yang dimiliki manusia. Semakin besar dan
berkembang hawa nafsu seseorang, maka akan semakin berpotensi ruhnya kotor
hingga tak mengenali bahkan mengingkari persaksiannya kepada Allah ketika masih
berada di alam ruh.
Untuk
mengembalikan kesuciannya, maka ruh yang kotor tersebut harus segera
dibersihkan secara rutin dan berkelanjutan dengan dzikrullah. Rasulullah SAW
bersabda: “Sesungguhnya bagi segala sesuatu itu ada pembersihnya, dan
sesungguhnya pembersih hati itu adalah dzikir kepada Allah, dan tidak ada
sesuatu yang lebih menyelamatkan dari azab kubur selain dzikir kepada Allah“
(HR. Baihaqi).
Dzikrullah
bisa dibagi menjadi dua macam, yaitu dzikrullah secara umum dan khusus. Dzikrullah
secara umum bisa berupa membaca al-Qurân, istighfar, tasbih, tahmid dan lain
sebagainya. Sedangkan dzikrullah secara khusus adalah membaca kalimah Lâ ilaha
illallah. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW melalui Jabir ra.: “Saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Seutama-utama dzikir ialah La ilaha
illallah” (HR. Tirmidzi).
Adapun
ruh yang harus dibersihkan melalui dzikrullah Lâ ilaha illallah ini
dipusatkan di qalbu atau hati. Qalbu ibarat tubuh, ada bagian-bagian di
dalamnya, dalam pemahaman Sufi, ada tujuh tempat yang harus dibersihkan, yang
biasa disebut lathaif. Tujuh lathaif dimaksud adalah: 1) Lathifatul Qalbi,
terletak dua jari di bawah susu kiri; 2) Lathifatur Ruh, terletak dua
jari di bawah susu kanan; 3) Lathifatus Sirri, terletak dua jari di atas
susu kiri; 4) Lathifatul Khafi, terletak dua jari di atas susu kanan; 5)
Lathifatul Akhfa, terletak di tengah-tengah dada; 6) Lathifatun
Nafsun Natiqah, terletak di pusat syaraf yaitu otak (antara alis mata kanan
dan mata kiri, atau di jidat/kening); 7) Lathifatul Qalab atau Lathifatu
Kullu Jasad, terletak di seluruh badan atau jasad.
Lathaifah-lathifah
itulah yang harus dibersihkan dengan dzikrullah lâ ilaha illallah. Jika ia
terus dibersihkan, maka potensi atau sifat-sifat jahat yang bersemayam di
dalamnya akan berubah menjadi sifat atau energi positif yang bisa memancarkan
cahaya (aura) kebajikan dalam diri seseorang selama hidup di dunia ini. (end)
Setelah
Kajian Tasawuf berakhir, dilanjutkan dengan acara dzikir Khataman Khawajikan,
dan diakhiri dengan penyampaian seputar perkembangan Yayasan TQN Khathibiyah
Sambas. Alhamdulillah, saat ini Yayasan TQN sudah bisa melunasi pembelian tanah
seluas 2,6 Ha di Dusun Sekuyang Desa Kartiasa, yang rencananya di lokasi
tersebut akan dibangun masjid, pondok pesantren, dan pusat-pusat kajian serta pengembangan
ajaran TQN Syaikh Ahmad Khathib As-Sambasy. Semoga semakin banyak donatur yang ikhlas
mendukung dan menyumbang untuk rencana mulia ini. Amin...
by. adnan mahdi
No comments:
Post a Comment