Slider

Recent Tube

Berita

Ilmiah

Opini

Fiksi

TQN

Buku

» » Agama Tak Mengajarkan Radikalisme

SAMBAS - Akademisi sekaligus Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin (IAIS) Sambas, Adnan mengungkapkan bahwa pada dasarnya setiap agama mengajarkan kasih sayang dan toleransi. “Sebenarnya setiap agama mengajarkan kasih sayang, tidak ada agama yang mengajarkan kebencian atau kebengisan terhadap perbedaan, semuanya mengajarkan kasih sayang dan toleransi”, katanya, Jumat (5/5/2017).
Lanjutnya, hanya saja yang menjadi masalah adalah orang atau individu penganutnya. Hanya memahami ajaran agama berdasarkan akal pikirannya saja, tanpa mau menimbang masukan atau pemikiran berbeda dari orang lain. “Sehingga ada bahasa, apa dipikirannya adalah paling benar, sementara yang di pikirkan oleh orang lain salah. Inilah yang memicu tumbuhnya paham-paham radikal dalam kehidupan masyarakat kita. Selain itu didukung pula oleh fenomena di masyarakat kita, misalnya hukum tidak ditegakkan secara berkeadilan, kesejahteraan dan pembangunan tidak merata, ini tentu berpotensi menumbuhkan benih-benih radikal," ujarnya dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan Polres Sambas dengan tema: “Tingkatkan Sinergi Keutuhan NKRI, Antisipasi Faham Radikalisme di Kabupaten Sambas”.
Adnan mengatakan bahwa kita semua harus kembali lagi kepada diri pribadi untuk memahami agama dan memperdalam keilmuan melalui kajian. Kemudian bisa memaklumi pendapat orang lain yang berbeda. “Dalam agama, kita diajarkan untuk toleran, mungkin kita berbeda-beda, tapi kita Indonesia. Kita harus lebih memahami agama kita sendiri dan lebih toleran terhadap perbedaan”, tuturnya.
Dr. Adnan yang juga Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kecamatan Tebas juga mengatakan bahwa mahasiswa merupakan sasaran paling empuk paham radikal. Karena mahasiswa sering berorganisasi, berkelompok, mencari jatidiri, mencari keilmuan dan juga generasi penggerak perubahan. “Hal ini tentu kita khawatirkan, bayangkan di IAIS Sambas, mahasiswanya sudah lebih dari 1000 orang, dengan 25 organisasi mahasiswa di dalamnya. Kita sangat khawatir ada pesan-pesan susupan yang masuk, merubah mindset mereka yang tadinya untuk merekatkan persaudaraan, jadi memecah mereka”, ujarnya.
Dirinya berpesan kepada para mahasiswa, untuk lebih memperdalam ilmu agama dan pahami dengan benar. Karena apabila paham radikal telah masuk, kekerasan dan pemaksaan kehendak akan timbul. “Kembali saya pribadi berpesan kepada mahasiswa, pahamilah ilmu dengan menimbang dari berbagai sumber, bisa mentolelir perbedaan. Radikalisme itu berasal dari paham, bukan dari tenaga atau kekuatan. Kalau pahamnya sudah radikal, pasti tindakannya akan berwujud kekerasan dan pemaksaan kehendak, sudah banyak contoh”, tutupnya.

Sumber:

Catatan: Tulisan ini sudah diubahsuai dari aslinya tanpa menghilangkan esensi berita yan ditulis oleh wartawan tribunnews.





«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments: